Refraksi Mata
Gelombang cahaya
mengalami divergensi (memancar keluar). Berkas cahaya divergen yang mencapai
mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik
peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan akurat mengenai sumber
cahaya.
Refraksi atau bias adalah
pembelokan berkas cahaya. Refraksi terjadi ketika berkas berpindah dari suatu
medium yang mempunyai kepadatan berbeda. ketika suatu berkas cahaya masuk ke
medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat. Beras
cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai permukaan berbagai sudut
kecuali sudut tegak lurus. Dua faktor yang berperan dalam derajat refraksi
adalah :
1.
Densitas
komparatif antara dua media
2.
Sudut
jatuhnya berkas cahaya di medium kedua
Mata
terdiri dari empat permukaan indeks bias :
1.
Antara
udara dan permukaan anterior mata. Indeks bias internal udara adalah 1
sedangkan kornea adalah 1,38
2.
Antara
permukaan posterior dan kornea aqueos humor. Indeks bias internal aqueous humor
1,33.
3.
Antara
aqueos humor dan permukaan anterior dari lensa mata. Indeks bias internal lensa
kristal umumnya 1,40.
4.
Antara
permukaan posterior lensa dan vitrous humor. Indeks bias internal vitreous
humor adalah 1,34.
Kelainan
Pada Mata
Miopi
Rabun jauh atau miopi
merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat menipis
sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga
terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak terlihat
jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada
jarak tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat
melihat objek yang sangat jauh (tak berhingga).

Kelainan
refraksi pada mata myopia
Penyebab
Miopi
Penyebab miopia dapat bersifat
keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor
lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan
oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya
karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak
difokuskan dengan baik. Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi
palsu disebabkan ketegangan mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu
yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah mata diistirahatkan.
Myopia
atau rabun jauh terbagi menjadi 3 fase, yakni :
a. Myopia Rendah dengan dioptre
mendekati 0 – -3.00
b. Myopia Sedang dengan dioptre -3.00 –
-6.00
c. Myopia Tinggi dengan Dioptre -6
hingga ke bawah (-10)
Kacamata Berlensa Cekung untuk miopi
Lensa
kacamata yang digunakan penderita miopi harus membentuk bayangan benda-benda
jauh (S ~ ) tepat di titik jauh mata atau S’ = –PR.

sehingga
diperoleh jarak fokus lensa kacamata untuk mata miopi memenuhi persamaan

menunjukkan
bahwa jarak fokus lensa kacamata adalah negatif dari titik jauh mata miopi.
Sehingga
diperoleh persamaan:

Penderita
miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa negatif (cekung), yang bersifat
menyebarkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya di titik
jauh mata dari benda yang berada di jauh tak berhingga. Dengandemikian, benda
yang berada di jauh tak berhingga akan membentuk bayangantepat di retina,
sehingga terlihat jelas.
Hipermetropi
Rabun dekat
atau hipermetropi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata
tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana mestinya.
Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan
membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).
Penderita
kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus
menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas.
Kacamata Berlensa Cembung untuk Hipermetropi
Lensa kacamata yang harus digunakan
oleh penderita rabun dekat haruslah lensa yang dapat membentukbayangan
benda-benda dekat tepat di titik dekat matanya. Benda-benda dekatyang dimaksud
yang memiliki jarak 25 cm di depan mata. Oleh karena itu,lensa kacamata harus
membentuk bayangan benda pada jarak S = 25 cm tepatdi titik dekat (PP,
punctum proximum) atau S' = –PP. Kembali tanda negatif diberikan
pada S' karena bayangannya bersifat maya atau di depan lensa.

Karena PP >
0,25 m, kekuatan lensa P akan selalu positif. Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang yang bermata hipermetropi perlu ditolong oleh kacamata berlensa
positif (cembung atau konvergen).Lensa ini berfungsi membentuk bayangan maya di
titik dekat mata dari objek yang berada pada jarak baca normal.
Presbiopi
(Mata Tua)
Mata tua atau
presbiopi banyak dialami oleh orang-orang lanjut usia. Cacat mata ini
disebabkan oleh berkurangnya daya akomodasi mata (otot mata sudah lemah). Titik
dekat mata tua lebih besar dari jarak baca normal (25-30 cm) dan titik jauhnya
pada jarak tertentu.Akibatnya, baik titik dekat maupun titik jauh mata letaknya
bergeser, yaitu titik dekat bergeser menjauhi mata, sedangkan titik jauh
bergeser mendekati mata. Dengan demikian, penderita presbiopi tidak dapat
melihat secara jelas, baik objek yang berada pada jarak baca normal maupun yang
berada di tempat sangat jauh. Untuk menolong penderita ini, digunakan kacamata
berlensa rangkap (bifokal), yaitu lensa untuk melihat jauh dan lensa untuk
membaca.
Astigmatisma
Astigmatisme atau mata
silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena lengkung
kornea mata yang tidak merata. Astigmatis menyebabkan penderitanya mengalami
kesulitan melihat sesuatu secara jelas atau menjadi kabur, terutama untuk obyek-obyek
yang berukuran kecil. Biasanya penderita astigmatisme juga menderita miopia
(rabun jauh).
Cacat mata ini disebabkan
oleh bentuk permukaan kornea mata yang tidak sferis, artinya
kelengkungan pada satu bidang tidak sama tajamnya dengan kelengkungan pada
bidang yang lain. Akibatnya, suatu bingkai horisontal dan bingkai vertikal
tidak dapat difokuskan dengan baik secara bersamaan. Untuk menolong penderita
ini, digunakan kacamata berlensa silindris.
Buta Warna
Buta warna
adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut dalam
retina mata yang mengalami kelemahan atau kerusakan permanen dan tidak mampu
merespon warna dengan semestinya. Buta warna merupakan kelainan genetik atau
bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kebutaan warna juga dapat
disebabkan seseorang mengkonsumsi obat dalam periode waktu tertentu karena
penyakit yang dideritanya.
Menurut
Ganong (2003) Buta warna merupakan penyakit keturunan yang terekspresi pada
para pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita secara genitis sebagai carrier.Buta warna permanen biasanya terjadi karena faktor
keturunan. Sedangkan orang yang tidak mengalami buta warna dapat mengalami buta
warna apabila terjadi faktor-faktor tertentu seperti kecelakaan.
Klasifikasi Buta Warna
Buta warna sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi, dan monokromasi.
1) Trikomasi : Buta warna jenis
trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel
kerucut. Dikromasi
2) Dikromasi merupakan tidak
adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari: Protanopia, Deuteranopia, Tritanopia
3) Momokromasi: Sedangkan
monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan
warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis tipikal dan
sedikit warna pada jenis atipikal.
Tes Buta Warna
Tes buta
warna adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang
mengalami buta warna atau tidak. Hasil dari tes buta warna ada 3 macam yaitu
buta warna total, buta warna sebagian (parsial) dan normal. Salah satu metode
tes buta warna yaitu metode Ishihara. Metode ini dilakukan dengan cara
memperlihatkan gambar-gambar berisikan berbagai warna. Diantara warna-warna itu
terbentuk angka-angka.
Menurut
Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk
menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan
kartu bertitik-titik, seperti gambar di bawah ini. Kartu ini disusun dengan
menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
Pada gambar
di bawah ini orang normal akan melihat angka “74”, sedangkan penderita buta
warna merah-hijau akan melihat angka “21”.
Tes buta
warna Ishihara terdiri darilembaran yang didalamnya terdapat titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga
membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta
warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).
Katarak
Katarak
merupakan kekeruhan dari lensa mata. Sinar cahaya yang masuk ke mata terhambat
atau tersebar, yang menyebabkan masalah seperti penglihatan kabur dan silau.
Katarak juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, sebagai efek
samping dari beberapa obat, dan dari luka pada mata. Tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan katarak. Namun, operasi katarak telah menjadi sangat sukses dan
merupakan salah satu operasi mata yang paling umum dilakukan di seluruh dunia.
![]() |
|||
![]() |
|||
(a)
(b)
Keterangan:
(a)
Mata
normal.
(b)
Katarak
menghambat cahaya yang masuk ke mata, sehingga menyebabkan penglihatan kabur.
Beberapa gejala umum Katarak
antara lain:
1. Pandangan kabur yang tidak
dapat dikoreksi dengan kacamata atau ukuran kacamata yang sering berubah.
2. Warna-warna tampak kusam.
3. Susah melihat di tempat yang
terang akibat silau.
4. Kesulitan saat membaca atau
mengemudi di malam hari.
Mata Juling (Strabismus)
Strabismus
atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah
atau memandang pada dua titik yang berbeda. Dalam keadaan normal, kedua mata
kita bekerja sama dalam memandang suatu obyek. Otak akan memadukan kedua gambar
yang dilihat oleh kedua mata tersebut menjadi satu gambaran tiga dimensi yang
memberikan persepsi jarak, ukuran dan kedalaman (depth perception).
Ada beberapa
jenis strabismus yang bisa kita amati langsung dengan meminta pasien memandang
lurus ke depan. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya
dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah
(hipotropia) atau ke atas (hipertropia).
Strabismus
dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan
pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi
yang tidak dikoreksi. Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata
tidak lurus atau tidak terlihat memandang ke arah yang sama seperti mata
sebelahnya.
Penanganan
strabismus dimaksudkan untuk melindungi fungsi penglihatan dan meluruskan mata.
Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk
menormalkan penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.
PERALATAN PADA PEMERIKSAAN
MATA
Retinoskop
Alat ini dipakai
untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas
penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi
nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita
dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan
dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.
Fungsi retina dianggap
normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan
pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus
pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata
penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan
mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk
oleh retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau
negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan
bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh,
jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.
Opthalmoskop
Alat ini
mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan
opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh
darah khoroidea keseluruhannya).
Ada dua prinsip
kerja opthalmoskop yaitu :
1.
Pencerminan mata secara langsung
Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata
penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan
dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan
terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter)
yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar
terbalik dan sama besar dengan fundus penderita.
2.
Pencerminan mata secara tak langsung
Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita
dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan
keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan
opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor
otak.
Keratonometer
Alat ini untuk
mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa
kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada
kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu :
1.
Hard contact lens
Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm.
sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat
mengoreksi astigmatisma.
2.
Soft contact lens
Adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi
tidak dapat mengoreksi astigmatisma.
Prinsip kerja keratometer :
Benda dengan
ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan
membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian
dapat ditentukan permukaan cermin cembung
Berlandaskan
kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer, kornea
bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa
mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea
Tonometer
Alat ini
digunakan untuk mengukur tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler normal adalah
20 – 80 mmHg. Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk
mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari
Schiotz.Tehnik dasar : Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas,
kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas
kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer
berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer
dilengkapi dengan alat pemberat 5.5 g ,7.5 g, 10.0 g dan 15.0 gram. Apabila
pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5,5 g maka
berat total tonometer:



16,5 gram ini
menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam
bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma
atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam
keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata
produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari.
Tahun 1950
Tonometer Schiotz dimodifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara
elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan
tonometer yang disebut tonometer Goldmann Aplanation. Pengukuran dengan memakai
alat ini penderita dalam posisi duduk.
Pupilometer dari
Eindoven
Diameter pupil
dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan
kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila
melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi
maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :
Lingkaran yang
terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah
sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui
pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada
penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.
Lensometer
Suatu alat yang
dipakai untuk mengukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar
untuk mengetahui dioptri lensa tersebut.
Prinsip dasar:
Menentukan focus
lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara :
· Memfokuskan
bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)
· Memfokuskan
bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya
LASIK
Metode LASIK dewasa ini menggunakan dua prosedur
utama, yaitu pertama pembuatan lipatan di jaringan kornea kemudian membentuk
stroma kornea dengan excimer laser.
Ada beberapa komplikasi yang terjadi selama operasi
LASIK berlangsung. Efek samping yang mungkin ditimbulkan setelah operasi
ini adalah :
- Mempunyai penglihatan ganda,
kadang-kadang penglihatan ganda disebabkan oleh pembengkakan setelah operasi
dan dapat sembuh sendiri. Namun ada juga yang memerlukan operasi tambahan
untuk memperbaikinya.
- Keratectasia, pandangan yang
menyimpang dan dapat menjadi permanen.
- Mata Kering, bisa menyebabkan
peradanagn dan infeksi namun dapat diatasi dengan air mata buatan.
- Infeksi, risiko ini lebih rendah.
- Masalah pandangan pada malam hari
- Koreksi atas atau bawah, dapat
menyebabkan penglihatan kabur atau gangguan visual kecil lainnya. Seringkali
pasien menggunakan lensa kontak atau kacamata untuk menyelesaikan masalah ini.
0 comments:
Post a Comment